Refleksi Hari Bumi



Tiga puluh sembilan tahun yang lalu pada 22 April 1970, hari Bumi untuk pertama kalinya diselenggarakan di Amerika Serikat, atas prakarsa seorang senator, Gaylord Nelson. Embrio gagasan Hari Bumi dimulai sejak ia mnyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, tentang desakan unetuk memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model teach in mengenai masalah anti perang. Gagasan Nelson mendapat dukungan yang mencengangkan dari masyarakat sipil.

Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan HARI BUMI yang monumental. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970. Nelson menyebutkan fenomena ini sebagai ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan’ dimana : ” Masyarakat umum sungguh peduli dan Hari Bumi menjadi kesempatan pertama sehingga mereka benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu demonstrasi yang meluas secara nasional, dan dengan itu menyempaikan pesan yang serius dan mantap kepada para politisi untuk bangkit dan berbuat sesuatu “.

Perayaan hari bumi merupakan sebuah ajang refrekleksi bagi kelestarian lingkungan. karena hingga hari ini pengrusakan hutan, eksplotasi minyak dan gas serta pembukaan tambang-tambang yang akibatnya dapat merusak lingkungan masih terus di galakkan. Bahkan hampir semua daerah kini telah di kapling untuk di eksploitasi. Di lain pihak, berbagai bencana yang terus terjadi belakangan ini, ternyata tak mampu menjadi bahan refleksi para penguasa saat ini yang harapannya dapat memberi kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Kerena keberlangsungan kehidupan manusia tergantung jaminan keselamatan dari bumi. Artinya kalau bumi telah rusak dan rapuh maka bersiaplah kita untuk menjadi makhluk yang akan punah dari kehidupan.

Selain itu, kita juga sangat prihatin dengan pemerintah kita saat ini dimana Program penghijauan yang tengah digalakkan hari ini merupakan program konyol yang tidak masuk akal karena makin digalakkan program penghijauan, makin diperbanyak izin-izin pengolahan hutan. Sehingga, hilangnya puluhan pohon yang besar dan telah berumur ratusan tahun hanya diganti satu anak pohon yang belum tentu akan tumbuh. Dan masih banyak lagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang sama sekali tidak memihak terhadap keberlangsungan kelestarian bumi.

Pemerintah kita tidak mau peduli dengan lingkungan, tidak mau peduli dengan nasib generasi manusia selanjutnya. Hal ini terbutkti masih saja mereka menjual daerah-daerah ke para investor untuk di eksploitasi. Hal ini merupakan bentuk penghianatan pemerintah kepada rakyat dan bumi. Bahkan ini juga merupakan bentuk kenafikkan pemerintah kepada anak-cucunya kelak. Karena, kalau pemerintah betul-betul ingin serius maka pemerintah harus tegas untuk menolak segala bentuk investasi yang merusak lingkungan dan tidak lagi mengeluarkan izin pengolahan hutan kepada pemodal.

Tapi, terlepas kerusakan lingkunga ini di akibatkan oleh kebijakan pemerintah, hal yang terpenting ialah dapatkah kita menjadikan hari bumi ini menjadi awal kita untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan karena kita akan menjadi makhluk yang sangat naïf, ketika kita tidak menjaga bumi yang selain sudah lama ditempati oleh nenek moyang kita, juga akan menjadi tempat kehidupan generasi manusia berikutnya.

Semoga kita adalah orang-orang yang terilhami yang akan menjaga lingkungan untuk keberlangsungan bumi.

Tidak ada komentar: